'GESER HOAKS, JADI KREATOR CERDAS': MAN Insan Cendekia Kota Palu Kobarkan Revolusi 'Peserta didik Digital' di Momen Sumpah Pemuda
Ana Muslimah
28 Oktober 2025 94 x Info Madrasah
(Palu-Humas)
Suasana khidmat menyelimuti halaman Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN
IC) Kota Palu saat menggelar upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda pada Selasa,
28 Oktober 2025. Dipimpin oleh Wakil Kepala Madrasah Bidang Keasramaan, Muhammad
Darwis, S.Ag., M.Pd., upacara ini bukan sekadar mengenang sejarah, melainkan
momentum untuk mendeklarasikan sumpah pemuda versi abad ke-21.
Dalam
amanatnya yang kuat dan inspiratif, Ustadz Darwis menyoroti urgensi peran peserta
didik sebagai agen perubahan di era disrupsi digital. Amanat tersebut secara
tajam memetakan tiga pilar utama yang harus dikuasai oleh generasi muda
madrasah.
Manifesto
Peserta didik Digital yang Etis
Ustadz
Darwis menegaskan bahwa teknologi adalah pedang bermata dua. Ia mendesak para peserta
didik untuk menjadi "Peserta didik Digital" yang Etis. "Gunakan
teknologi untuk menaklukkan dunia, bukan sebaliknya, ditaklukkan oleh media
sosial yang remeh-temeh," ujarnya dengan lugas. Ia menyerukan agar peserta
didik mengubah fokus dari sekadar konsumen menjadi produsen informasi yang
bermanfaat. "Jadilah kreator konten yang mencerahkan, bukan sekadar
penyebar berita hoaks." Pesan ini merupakan seruan tegas untuk menjaga
integritas moral di tengah hiruk pikuk informasi digital.
Trilogi
Kunci Gerbang Dunia
Menyadari
tantangan global, Ustadz Darwis menekankan pentingnya penguasaan multibahasa
sebagai modal utama. Sumpah Pemuda mengukuhkan Bahasa Indonesia sebagai janji
persatuan, namun ia menambahkan dua bahasa penting lainnya. "Kuasai Multibahasa:
Tidak hanya Bahasa Indonesia, tetapi juga Bahasa Arab sebagai gerbang ilmu
agama, dan Bahasa Inggris sebagai kunci pergaulan dunia," jelasnya.
Tujuannya jelas: mencetak warga global yang berakar pada lokalitas madrasah. Peserta
didik dituntut untuk menjelajahi dunia tanpa kehilangan identitas keislaman dan
keindonesiaan mereka.
Tumbuhkan
Mental 'Besi Tempa'
Pada
bagian penutup, Ustadz Darwis membangkitkan semangat juang dengan menyerukan
tumbuhnya Mental Ghirah (Semangat Juang). Ia mengibaratkan mental peserta didik
harus memiliki daya tahan layaknya besi tempa, yang tidak mudah rapuh oleh
kegagalan, dan tidak mudah tumbang oleh cibiran. "Mental juara lahir dari
kemauan untuk terus belajar dari kesalahan. Bergeraklah! Hentikan kebiasaan
menunda," serunya.
Amanat
tersebut ditutup dengan sebuah punchline yang menohok dan memotivasi:
"Jangan biarkan potensi emas kalian hanya menjadi draft yang tidak
pernah terkirim. Masa depan Indonesia bukan di gedung-gedung parlemen nanti,
tapi di laboratorium, perpustakaan, dan masjid madrasah hari ini!"
Upacara
peringatan ini sukses menjadi ajang penyuntikan semangat, mengubah makna Sumpah
Pemuda menjadi janji konkret para peserta didik MAN IC Kota Palu untuk menjadi
generasi unggul yang siap memimpin bangsa di kancah global.

